I.
SEJARAH
KEWIRAUSAHAAN
Sejarah kewirausahaan
dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal
Sejarah
kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo. Dalam
masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif
bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat
banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan
modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka
menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang
diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan
berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada
aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan
dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan, yang
biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol
antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural.
3. Abad 17
Di
abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan
adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli
pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti.
Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Istilah entrepreneur pertama kali
diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon.
Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain
prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom
Perancis lainnya- Jean Baptista Say (1816) menambahkan definisi Cantillon
dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Say menyatakan bahwa entrepreneur
adalah seseorang yang membawa orang lain bersama-sama untuk membangun sebuah
organ produktif. Jean Baptista Say juga mengatakan bahwa seorang wirausahawan
adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai
dari produksinya.
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak
dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang
membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan
mewujudkan inovasinya. Pada masa Itu dibedakan antara pemilik modal dan
wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan
di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang
mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai
personal.
6. Abad 10
Pada
abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
II.
PENGERTIAN
KEWIRAUSAHAAN
Pengertian kewirausahaan relatif
berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau
penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru
(Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934),
ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight,
1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti satria, pejuang, pahlawan, manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti Semua aktivitas yang melibatkan penyediaan barang/jasa yang
diperlukan dan diinginkan orang lain. Jadi wirausaha adalah aktivitas yang
melibatkan penyediaan barang/jasa yang diperlukan dan diinginkan orang lain secara satria dan luhur. Ini baru dari segi etimologi (asal usul
kata). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai
atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan
operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi
dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan
bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap,
perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara
kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Jadi
wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri
dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan
menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha
dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Kewirausahaan yang sering dikenal dengan
sebutan entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis yang
diterjemahkan secara harfiah adalah perantara, diartikan sebagai sikap dan
perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya
atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan
untuk mencapai prestasi maksimal .
Stoner, James: kewirausahaan adalah
kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan
modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan
menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif
bisnis lain.
Kewirausahaan berbeda dengan manajemen.
Paul H. Wilken menjelaskan bahwa kewirausahaan mencakup upaya mengawali
perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi proses
produksi yang sudah berjalan.
Frank Knight (1921): Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan
menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan
dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan
disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan.
Joseph Schumpeter (1934): Wirausahawan adalah seorang inovator
yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1)
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda
produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi
baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep
inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya.
Penrose (1963): Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi
peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial
berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Harvey Leibenstein (1968, 1979): Kewirausahaan mencakup
kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Israel Kirzner (1979): Wirausahawan mengenali dan bertindak
terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio:
Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi
ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut
adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar
berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang
wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul,
serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu,
seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika
membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat
sementara atau kondisional.
Ada
kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial,
dan entrepreneur.
1.
Entrepreneurship
adalah jiwa
kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan
pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas
kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2.
Intrapreneurship
didefinisikan sebagai
kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan
kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
3.
Entrepreneur
didefinisikan sebagai
seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset
lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada
sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan
aturan baru.
4.
Entrepreneurial
adalah kegiatan dalam
menjalankan usaha atau berwirausaha.
III.
CIRI DAN SIKAP WIRAUSAHAWAN
Ciri
– ciri Wirausahawan
a.
|
berpikir teliti, inovatif dan
kreatif;
|
b.
|
berani mengambil resiko dan
percaya pada diri sendiri;
|
c.
|
berorientasi ke depan;
|
d.
|
mengutamakan prestasi, tahan uji,
tekun dan tidak mudah menyerah;
|
e.
|
jujur, bertanggung jawab dan teguh
pendirian;
|
f.
|
memiliki etos kerja tinggi dan
tangguh menghadapi persaingan;
|
g.
|
membiasakan diri bersikap positif
dan selalu bersemangat dalam setiap pekerjaan;
|
h.
|
mensyukuri diri, waktu dan
lingkungan;
|
i.
|
selalu berusaha meningkatkan
keunggulan dan citra perusahaan;
|
j.
|
selalu berupaya mencapai dan
menghasilkan karya yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga
kerja, masyarakat, bangsa dan negara.
|
Seorang
entrepreneur memiliki kecenderungan sifat sebagai berikut;
1. Percaya diri
Entrepreneur/wirausahawan memiliki kepribadian yang mantap, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, memiliki optimisme tinggi atas keputusan yang diambilnya.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
Dalam bekerja selalu mendahulukan hasil kerja atau prestasi, tidak malu atau gengsi dalam melakukan pekerjaan. Memiliki tekad yang kuat dalam bekerja.
3. Berani mengambil resiko
Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan dengan resiko besar selama mereka telah memperhitungkannya akan berhasil mengatasi resiko itu. Mereka menyadari bahwa prestasi besar hanya mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima resiko sebagai konsekuensi terwujudnya tujuan.
4. Kepemimpinan yang baik
Seorang entrepreneur selalu dapat menyesuaikan diri dengan organisasi yang dipimpinnya, berpikiran terbuka dengan mau mendengar kritik dan saran dari bawahan, dan bersifat responsif terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
1. Percaya diri
Entrepreneur/wirausahawan memiliki kepribadian yang mantap, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, memiliki optimisme tinggi atas keputusan yang diambilnya.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
Dalam bekerja selalu mendahulukan hasil kerja atau prestasi, tidak malu atau gengsi dalam melakukan pekerjaan. Memiliki tekad yang kuat dalam bekerja.
3. Berani mengambil resiko
Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan dengan resiko besar selama mereka telah memperhitungkannya akan berhasil mengatasi resiko itu. Mereka menyadari bahwa prestasi besar hanya mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima resiko sebagai konsekuensi terwujudnya tujuan.
4. Kepemimpinan yang baik
Seorang entrepreneur selalu dapat menyesuaikan diri dengan organisasi yang dipimpinnya, berpikiran terbuka dengan mau mendengar kritik dan saran dari bawahan, dan bersifat responsif terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
5.Originalitas
Entrepreneur tidak mau mengekor pada keberhasilan orang lain tapi justru menemukan sesuatu yang baru, mereka kreatif dan inovatif dan mampu mewujudkan ide-ide yang muncul.
Entrepreneur tidak mau mengekor pada keberhasilan orang lain tapi justru menemukan sesuatu yang baru, mereka kreatif dan inovatif dan mampu mewujudkan ide-ide yang muncul.
6.Berorientasi ke masa depan
(memiliki visi masa depan)
Entrepreneur selalu tahu bagaimana mengembangkan bidang usahanya di masa depan tentunya agar kontinuitasnya tetap terjaga.
Entrepreneur selalu tahu bagaimana mengembangkan bidang usahanya di masa depan tentunya agar kontinuitasnya tetap terjaga.
7.Seorang entrepreneur dituntut
untuk kreatif, karena kreativitas inilah seorang entrepreneur dapat memberikan
pilihan-pilihan baru yang belum sempat dipikirkan orang. Kreatif dari
akronimnya sendiri dapat diartikan sebagai Keinginan untuk maju, Rasa ingin
tahu yang kuat, Enthusiasm (antusiasme/semangat ) yang besar, Analisis yang
sistematis, Terbuka untuk menerima saran dan pendapat orang lain, Inisiatif
yang menonjol, berani mengambil keputusan dan langkah yang berbeda dari orang
lain, dan Pikiran yang terkonsentrasikan pada satu pokok pemikiran.
8.Keinginan untuk maju. Sebagai
pembangkit motivasi untuk meraih kesempatan, dan membentuk pribadi yang tidak
mudah menyerah.
9.Rasa ingin
tahu yang kuat. mencari sumber informasi, dengan membaca, bertanya pada orang
yang berpengetahuan dan berpengalaman dalam bidang profesi dan pengetahuan.
10. Enthusiasm ( semangat ) semangat dalam menjalankan pekerjaan merupakan pendorong motivasi untuk mencapai keberhasilan. Semangat harus tetap dijaga karena dengan menurunnya semangat akan berdampak turunnya target kerja yan telah ditetapkan.
10. Enthusiasm ( semangat ) semangat dalam menjalankan pekerjaan merupakan pendorong motivasi untuk mencapai keberhasilan. Semangat harus tetap dijaga karena dengan menurunnya semangat akan berdampak turunnya target kerja yan telah ditetapkan.
Ciri seorang entrepreneur yang selalu berorientasi pada hasil
memberikan sifat dimana mereka akan mengenali dulu kondisi bidang usaha;
peluang yang tersedia, target pasar dari produknya, hambatan-hambatan yang
mungkin terjadi dan bagaimana cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan itu.
Memperkirakan Hambatan Yang akan dihadapi
Hambatan usaha
sebetulnya telah diperkirakan sejak usaha dimulai namun dalam kondisi yang tidak
menentu dan diluar jangkauan pemikiran kita hal-hal tersebut bisa juga terjadi,
apa sebabnya dan bagaimana menyikapinya perlu kita telusuri dan tanggulangi.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebuntuan usaha antara lain :
a. Kurangnya persiapan atau perencanaan.
Dalam suatu usaha bahwa perencanaan yang matang mutlak diperlukan, tanpa perencanaan yang baik mungkin kondisi tertentu akan sulit dihindari. Membuka usaha tertentu harus ada target yang hendak dicapai, strategi apa yang akan diterapkan, bagaimana mengantisipasi kemungkinan hambatan yang muncul secara tiba-tiba, serta cara atau strataegi untuk mengatasinya. Rencana sebenarnya ibarat sebuah peta yang menunjukkan jalan-jalan yang akan dilalui dan gambaran secara keseluruhan lika-liku yang dihadapi, dengan demikian perencanaan yang matang merupakan tuntunan mencapai sasaran yang diharapkan dari usaha yang dilakukan.
b. Kurang atau lemahnya pengetahuan yang kita miliki.
Pemahaman kita tentang sesuatu usaha patut kita pertanyakan sudah cukupkah pengetahuan kita tentang seluk beluk usaha yang akan kita geluti. Jangan sekali-kali melakukan usaha tertentu tanpa pengetahuan yang memadai, resikonya terlalu besar dan mungkin kita akan membayar jauh lebih mahal, yakni ancaman kemandegan dan kegagalan usaha yang telah dirintis sementara modal dan pengorbanan yang sudah terlanjur besar.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebuntuan usaha antara lain :
a. Kurangnya persiapan atau perencanaan.
Dalam suatu usaha bahwa perencanaan yang matang mutlak diperlukan, tanpa perencanaan yang baik mungkin kondisi tertentu akan sulit dihindari. Membuka usaha tertentu harus ada target yang hendak dicapai, strategi apa yang akan diterapkan, bagaimana mengantisipasi kemungkinan hambatan yang muncul secara tiba-tiba, serta cara atau strataegi untuk mengatasinya. Rencana sebenarnya ibarat sebuah peta yang menunjukkan jalan-jalan yang akan dilalui dan gambaran secara keseluruhan lika-liku yang dihadapi, dengan demikian perencanaan yang matang merupakan tuntunan mencapai sasaran yang diharapkan dari usaha yang dilakukan.
b. Kurang atau lemahnya pengetahuan yang kita miliki.
Pemahaman kita tentang sesuatu usaha patut kita pertanyakan sudah cukupkah pengetahuan kita tentang seluk beluk usaha yang akan kita geluti. Jangan sekali-kali melakukan usaha tertentu tanpa pengetahuan yang memadai, resikonya terlalu besar dan mungkin kita akan membayar jauh lebih mahal, yakni ancaman kemandegan dan kegagalan usaha yang telah dirintis sementara modal dan pengorbanan yang sudah terlanjur besar.
c. Kurangnya sarana dan fasilitas
usaha.
Sarana dan prasarana usaha merupakan faktor pendukung kegiatan usaha, terabaikannya kesiapan fasilitas atau instrumen dalam mendukung suatu usaha berupa modal, alat-alat produksi, lingkungan yang kondusif akan menghambat aspek produksi dan menurunkan daya saing termasuk kinerja para karyawan atau dengan kata lain menjadi faktor penting dan berpengaruh besar dalam mencapai sasaran atau tujuan dari usaha kita.
d. Kurang disiplin atau tidak konsisten dalam menjalankan usaha.
Dalam memulai suatu usaha atau untuk mencapai sesuatu harus dilakukan secara totalitas, penuh perhatian dan konsisten terhadap seluruh aspek yang mendukungnya, ketidakkonsistennya terhadap masalah yang dihadapi baik dalam pengambilan keputusan, melihat peluang pasar maupun mutu produk merupakan salah satu penyebab dari kebuntuan dan kegagalan suatu usaha.
e. Akibat kondisi tertentu.
Terjadinya kondisi yang tidak menentu sehingga iklim usaha sangat sulit baik akibat langkanya bahan dasar, kebijakan perdagangan yang kurang memihak usaha kita, Persaingan yang tidak sehat serta situasi lain yang berakibat pada hilangnya peluang untuk mengembangkan usaha sehingga usaha kita tidak dapat berkembang dan bahkan menjurus kepenutupan usaha.
f. Terjadinya situasi beresiko.
Suatu situasi yang memaksa membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, dimana hasilnya tidak bisa diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini mengandung kegagalan atau sukses
Sarana dan prasarana usaha merupakan faktor pendukung kegiatan usaha, terabaikannya kesiapan fasilitas atau instrumen dalam mendukung suatu usaha berupa modal, alat-alat produksi, lingkungan yang kondusif akan menghambat aspek produksi dan menurunkan daya saing termasuk kinerja para karyawan atau dengan kata lain menjadi faktor penting dan berpengaruh besar dalam mencapai sasaran atau tujuan dari usaha kita.
d. Kurang disiplin atau tidak konsisten dalam menjalankan usaha.
Dalam memulai suatu usaha atau untuk mencapai sesuatu harus dilakukan secara totalitas, penuh perhatian dan konsisten terhadap seluruh aspek yang mendukungnya, ketidakkonsistennya terhadap masalah yang dihadapi baik dalam pengambilan keputusan, melihat peluang pasar maupun mutu produk merupakan salah satu penyebab dari kebuntuan dan kegagalan suatu usaha.
e. Akibat kondisi tertentu.
Terjadinya kondisi yang tidak menentu sehingga iklim usaha sangat sulit baik akibat langkanya bahan dasar, kebijakan perdagangan yang kurang memihak usaha kita, Persaingan yang tidak sehat serta situasi lain yang berakibat pada hilangnya peluang untuk mengembangkan usaha sehingga usaha kita tidak dapat berkembang dan bahkan menjurus kepenutupan usaha.
f. Terjadinya situasi beresiko.
Suatu situasi yang memaksa membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, dimana hasilnya tidak bisa diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini mengandung kegagalan atau sukses
Kondisi-kondisi tersebut merupakan sebagian dari penyebab suatu
kemandegan usaha atau justru menimbulkan kegagalan usaha. Kekuatiran terjadinya
kebuntuan dan kemandekan usaha merupakan kondisi alamiah yang bisa terjadi kepada
siapa saja hendaknya disikapi secara wajar dan berupaya mengetahui
permasalahannya untuk dicarikan jalan keluarnya, jiwa entrepreneur yang ada
harus ditumbuh kembangkan jangan terkungkung pada kekuatiran tanpa adanya
keberanian menjemput tantangan dalam berusaha.
Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi
Sebagai modal agar kita bisa mengatasi kemandegan usaha, salah
satu bekal yang harus dimiliki seorang entrepeneur adalah memiliki kemampuan
dalam mengenali pasar potensial sebagai sasaran produknya. Karena bukan hal
yang mudah untuk membuat masyarakat yang memiliki beranekaragam selera, gaya
hidup, kondisi keuangan, lokasi tempat tinggal dan perbedaan-perbedaan lain,
untuk menyukai dan membeli produk yang dihasilkan. Penentuan segmen pasar ini
menjadi penting karena dengan hal ini maka usaha akan bisa berjalan dengan
lebih efektif (tepat sasaran), efisien (hemat) dan membuat orang akan mengingat
perusahaan karena spesialisasi tersebut. Banyak perusahaan menawarkan
produk-produk yang baik. Namun produk-produk tadi hanya sedikit saja yang akan
terjual, bila wirausaha tidak dapat memanfaatkan peluang pasar. Faktor-faktor
yang ada kaitannya dengan menilai peluang-peluang pasar baru meliputi ; riset
pasar, pengumpulan data dari berbagai sumber dan memilih lokasi bisnis.
Ciri lain seorang entrepreneur yang khas dan merupakan sifat
khususnya adalah selalu melihat peluang yang dapat dimanfaatkan. Sifat kreatif
ini dapat pula diterapkan dalam menganalisis pasar yang berubah. Minat pasar
yang berubah, atau adanya potensi pasar yang baru menjadi tantangan tersendiri
yang harus diatasi oleh seorang entrepreneur/wirausahawan. Sebagai contoh
keberhasilan entrepreneur mengatasi perubahan potensi pasar. Estee Lauder,
Maybelline, dan raksasa kosmetika lain mulai mengarahkan sasaran pada kaum
Afrika-Amerika dengan lini produk yang khusus dirancang untuk kulit yang lebih
gelap. Pada musim gugur 1992, Prescriptives, anak perusahaan Estee Lauder,
meluncurkan lini ”All Skins”-nya yang menawarkan 115 warna alas bedak.
Eksekutif senior menyatakan bahwa All Skins meningkatkan 45 % penjualan
Prescriptives sejak lini baru tersebut diluncurkan. Penjualan Shades of You
sari Maybelline, lini kosmetik lain untuk Afrika-Amerika, mencapai $15 juta
dalam 10 bulan pertamanya di pasar. Mereka mulai memproduksi kosmetika yang
khusus diperuntukkan wanita denga kulit lebih gelap karena melihat peluang baru
dari kaum wanita Afrika-Amerika yang secara ekonomi mulai mapan sejak tahun
awal 1990-an.